7/25/2013

Sains Politik dan Kejujuran Mana yang Diutamakan ?

Bila dibicarakan soal politik, maka sebagai orang yang masih banyak lengket kejujuranya, selalu merinding dan akan memberikan pandangan yang konotasinya negatif. Marilah kita kini mengupas mengapa hal politik itu sudah menjadi suatu kata yang isinya tidak menimbulkan ke-“nyamanan”. Selalu akan terasa adanya manipulasi dan mencari pembenaran untuk dipergunakan sebagai kasarnya ‘menipu’ orang awam yang sebagian besar merupakan intinya negara, karena dianggap sebagai hanya pion-pion saja didalam percaturan kekuasaan.

Mengapakah kok bisa berkonotasi seperti itu? Banyak diantara kita sudah tentu dapat menceritakan pengalamanya, bila telah memilih seseorang yang dipercayai benar sebagai wakil di dalam yang dinamakan Dewan Perwakilan Rakyat, baik di pusat maupun di daerah yang pada akhirnya tidak sesuai dengan harapanya. Hasil pilihanya selalu ‘m e l e s e t’ dan memberikan kekecewaan, tapi tidak mampu berbuat banyak, selain menyuarakan keluh kesahnya ke media masa atau sama sekali tidak.
Sekalipun demikian, adanya ‘k r i t i k a n’ yang bertubi-tubi dilontarkan yang menyangkut mereka yang terpilih sebagai wakil rakyat, sekalipun dibaca oleh mereka, tetap saja tidak digubris sama sekali, bahkan yang sedikit vokal disingkirkan seperti almarhum Munir dan masih banyak yang seperti itu terjadi pada masanya Orde Baru. Apakah lalu ada pemikiran, bahwa untuk menyelamatkan diri dari kritikan tersebut, cukup menyingkirkan orang yang paling ‘b e r a n i’ mengeluarkan suaranya?
Mereka yang berduit gampang sekali menunjuk seorang yang haus uang untuk melaksanakan  ‘penyingkiran’ alias ‘pembunuhan’. Dengan pengertian, bahwa ‘Otak’ yang menjadi biang keladi itu diharapkan akan ‘b e b a s’ dari hukuman, bukan? Contoh-contoh untuk itu banyak sekali terjadi, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemudian terjadi penuntutan oleh keluarga yang telah disingkirkan, tapi biasanya tidak pernah memuaskan hasil keputusanya oleh lembaga pengadilan karena telah ada permainan manipulasi dari atasan.
Pengacara-pengacara yang lihai dengan lidahnya mencari-cari ketentuan pasal-pasal di dalam buku-buku hukum dan melaksanakan ’pemutar-balikan’ dari pengertian yang tercantum di dalam pasal-pasal hukum tersebut, sehingga yang dituduh menjadi bebas atau paling tidak diperingan di dalam menerima hukumanya.
Sering juga terjadi salah penudingan, karena yang menangkap, yaitu polisi atau badan intel lainya berbuat kasar, memukuli dan lain sebagainya yang mengakibatkan yang dituding tak tahan menderita dan asal mengaku saja. Polisi bangga karena dianggap telah berhasil mengungkapkan suatu perkara yang sulit dibongkar. Disini TIDAK digunakan suatu kepekaan intuitif yang selalu benar. Apakah artinya ‘s a t u’ orang yang dikorbankan alias di-‘kambing hitam’-kan dari sekian banyaknya penduduk, bukan demikian pikiranya? Hal itu sudah tentu didasarkan atas suatu ‘a n a l i s a’ serta perhitungan dengan manipulasi yang diperlukan untuk pembenaran sesuatu yang terjadi.
Disinilah ‘u n s u r    k e j u j u r a n’ menjadi sorotan dan pantauan dari HTBA, bila para pembaca masih ingat akan hal itu. Bagaimana pun, suatu saat kepalsuan dan penipuan fakta-fakta akan ‘t o h’ terbuka lebar, tetapi bagi yang tertuduh sudah terlambat. Orang itu sudah menderita di penjara atas sesuatu yang tidak benar atau yang tidak dilakukanya karena di-putar balikan kejadianya! Dia kehilangan segalanya, martabat baik, kehormatan, harta dan keluarga. Bahwa mereka yang berkuasa akan menutupi suatu kesalahan, sudah pasti dapat diharapkan, karena hal itu menyangkut ‘g e n g s i’ dari nama mereka untuk dapat menghindarkan diri dari ‘r a s a   m a l u’ beserta jatuhnya nama mereka. Bahwa yang berkuasa pasti ‘b e n a r’ akan selalu merupakan ‘motto’ yang akan dipertahankan dengan segala cara yang dihalalkan.
Hal seperti itu sering terjadi di dalam percaturan politik dimana saja. Hanya hal ‘subyektif-lah’ yang dapat diandalkan sebagai kebalikan dari arti yang bernuansa negatif seperti itu. Kini FBI yang termashur di Amerika itu, telah banyak menggunakan unsur ‘S p i r i t u a l (subyektif)’  atau orang-orang yang kewaskitaanya tinggi untuk mendapatkan penyelesian dari hal ‘k r i m i n a l i t a s’ yang sangat sulit dibuktikan.
Bahkan yang sudah kadaluwarsa pun masih dapat diungkapkan dengan tuntas. Bagaimana dengan  kita? Disana mereka yang berjasa di dalam hal ini menjadi dikenal namanya dan akan selalu terlindunmgi oleh ‘G e l e m b u n g   V i b r a s i’ dari pantauan HTBA. Hal ini karena memang yang <positif> akan selalu diatasnya yang negatif. Apakah hal ini masih diragukan oleh para pembaca?
Menurut penyelidikan kejiwaan seseorang yang akan menjadi orang-orang nomor satu di suatu Negara, ditemukan unsur-unsur yang diharapkan untuk selanjutnya menjadi patokan didalam memilih seorang pemimpin yang akan mengelola suatu pemerintahan Negara.
Mereka harus mempunyai riwayat hidup ‘t a n p a  c a c a t’ dalam arti kata yang selengkap-lengkapnya.  Salah satu unsur yang dominan di dalam hal ini adalah k e j u j u r a n   a b s o l u t yang dapat bertahan untuk selamanya diantara gelombang-gelombang yang bernuansa negatif yang berada pada lingkunganya. Harus mempunyai k e p e k a a n   i n t u i t i f, kewaskitaan, sikap ‘Low profile’, tegas tapi sabar, ulet dan konsisten, berdedikasi pada aspirasi rakyat, dan selalu ada hubungan dengan informasi subyektif yang menjadi pedoman di dalam melaksanakan ‘verifikasi’ dari segala bentiuk informasi yang berada pada keterbatasan r u a n g dan w a k t u.
Ini semua akan menempatkan individu seperti itu pada kategori orang yang ‘S e m p u r n a’ menurut Ciptaan-NYA dan sudah pasti akan selalu mendapatkan bimbingan total di dalam pelaksanaan ‘M i s i’-nya bagi kesejahteraan orang banyak. Ia akan mampu sekali menyelesaiakn berbagai bentuk masalah serta menguranginya dengan telak dan tidak sebaliknya, bukan?(Ijs)
H.Rd.Lasmono Abdulrify Dyar, Dipl.Sys.Ing., Ph.D.
Lecturer dan Director/Coordinator, Indonesian Territory
Silva International Incorporation of The Silva Method,
Laredo - Texas - United States of America.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar